Atau kasihnya yang tak sampai,
Atau cintanya yang tertolak,
Atau ceritra cintanya yang penuh pengkhianatan,
Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas dihempas takdir, atau layu tak berbalas.
Itu hanya cerita cinta yang digali dari air mata. Dunia tidak berwarna merah jambu, itu hanya ada dalam cerita Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung:
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati
Kalau cinta berawal dan berakhir pada ALLAH SWT, maka cinta pada yang lain hanyalah upaya menunjukan cinta pada-NYA.
Pengejaan ibadah hati yang paling hakiki adalah “selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai”.
Dalam makna memberi itu posisi kita haruslah kuat, kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah dan melankolik saat kasih kandas karena takdir-NYA, sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung yaitu : mencintai.
Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, sesungguhnya yang terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat, Hanya itu :)
Para pencinta sejati selamanya hanya bertanya “Apa yang akan aku berikan?” tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder dengan keyakinan “ada waktu yang sedang ALLAH SWT siapkan untuk memberikan yang terbaik untukku....”
Apabila Kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagian hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, lantas itu menjadi sumber kesengsaraan?
Ingat! kita menderita bukan karena kita mencintai, tetapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita kepada kenyataan bahwa orang lain harus mencintai kita bukan kepada-NYA sang pemilik Cinta....
Sadarilah ada yang lebih mencintai kita dari siapapun dan apapun....
“Ukhuwah itu indah apabila mencintai dan dicintai karena ALLAH SWT”