Minggu, 12 Februari 2012

Sayap yang tak Pernah Patah

Bismillah....



Mari kita bicara tentang orang-orang patah hati...
Atau kasihnya yang tak sampai,
Atau cintanya yang tertolak,
Atau ceritra cintanya yang penuh pengkhianatan,

Seperti sayap-sayap Gibran yang patah, atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwickjk tenggelam, atau mungkin kisah  cinta Qais dan Laila yang membuat mereka ‘Majnun’, lalu mati...
Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas dihempas takdir, atau layu tak berbalas.

Itu hanya cerita cinta yang digali dari air mata. Dunia tidak berwarna merah jambu, itu hanya ada dalam cerita Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung:

Oooo Burung adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati


Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana. “Apabila ada cinta di hati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain” Kata Rumi, “sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain”. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya, sementara kita menyaksikan fakta lain.

Kalau cinta berawal dan berakhir pada ALLAH SWT, maka cinta pada yang lain hanyalah upaya menunjukan cinta pada-NYA.
 Pengejaan ibadah hati yang paling hakiki adalah “selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai”.

Dalam makna memberi itu posisi kita haruslah kuat, kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah dan melankolik saat kasih kandas karena takdir-NYA, sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung yaitu : mencintai.

Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, sesungguhnya yang terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat, Hanya itu :)
Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang, dan selama kita masih memiliki cinta, apabila setiap memiliki “sesuatu” yang dapat kita berikan, maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian jadi tidak relevan, Ini hanya murni masalah waktu.

Para pencinta sejati selamanya hanya bertanya “Apa yang akan aku berikan?” tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder dengan keyakinan “ada waktu yang sedang  ALLAH SWT siapkan untuk memberikan yang terbaik untukku....

Jika kita hanya patah atau hancur karena kita lemah, maka kita lemah karena posisi jiwa kita yang salah.
Apabila Kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagian hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, lantas itu menjadi sumber kesengsaraan?
Ingat! kita menderita bukan karena kita mencintai, tetapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita kepada kenyataan bahwa orang lain harus mencintai kita bukan kepada-NYA sang pemilik Cinta....

-Anis Matta-



Sadarilah ada yang lebih mencintai kita dari siapapun dan apapun....
“Ukhuwah itu indah apabila mencintai dan dicintai karena ALLAH SWT”

My Birthday....

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers